MAKALAH : PELLOBY UNTUK GEDUNG PUTIH

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Gedung Putih (bahasa Inggris: The White House) adalah istana kepresidenan Presiden Amerika Serikat. Gedung ini terletak di 1600 Pennsylvania Avenue di ibukota federal Washington, DC. Gedung ini merupakan kediaman resmi presiden dan keluarganya selama masa jabatannya sebagai presiden. Saat seorang presiden baru dilantik, presiden yang lama kemudian segera berpindah ke kediaman sipil yang disediakan pemerintah federal dan presiden baru beserta keluarga resmi menjadi penghuni baru. Gedung Putih juga berperan sebagai kantor utama tempat presiden AS bekerja dan memantau jalannya pemerintahan. Gedung Putih merupakan salah satu bangunan yang paling dikenal di dunia, dengan ikon utamanya Kantor Oval, yang merupakan ruang kerja utama presiden AS. Gedung Putih juga sering dianggap sebagai lambang supremasi Amerika Serikat sebagai negara adidaya. Gedung Putih ini dibangun pada tahun 1792-1800, dengan gaya arsitektur Georgia akhir, dan dirancang oleh arsitek kelahiran Irlandia, James Hoban. Meskipun Gedung ini dibangun dan diselesaikan dalam masa pemerintahan George Washington, ia sendiri tidak pernah tinggal didalamnya. Gedung ini sendiri pertama kali ditempati oleh Presiden kedua Amerika Serikat, John Adams dan istrinya, Abigail. Pada tahun 1814, Gedung ini pernah dibakar oleh Inggris, karena perseteruan antara dua negara ini. Sekarang, Gedung ini ditempati oleh Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald John Trump, dan menarik kunjungan wisatawan hingga 6000 orang setiap harinya.

B.     Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah gedung putih?
2. Bagaimanakah hubungan antara Amerika Serikat dan  Indonesia?
3. Bagaimana mengatasi maraknya pelobi untuk gedung putih?

C.     Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah gedung putih.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara Amerika Serikat dan Indonesia.
3. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi maraknya pelobi untuk gedung putih.

BAB II

PEMBAHASAN


A.    Sejarah Gedung Putih

Gedung Putih" atau White House adalah istilah yang digunakan untuk menyebut istana Presiden Amerika Serikat. Namun, rumah presiden tersebut sebenarnya tidak dibangun dengan warna putih.
Bangunan itu dicat putih untuk menutupi bekas bencana kebakaran saat tentara Inggris mencoba menghancurkannya selama Perang 1812.Namun, warna tembok istana yang sekarang ditempati oleh Trump itu ternyata baru mengalami kerusakan parah di tahun 1814.
Pembangunan Gedung Putih, yang waktu itu bernama "Rumah Presiden" dimulai tahun 1791 yang saat itu disiapkan untuk menyambut penghuni pertamanya, Presiden John Adams, ditahun 1800.
Dilansir dari whitehousehistory.org, Gedung Putih pada awalnya hanya diberi warna dari bahan pewarna berbasis kapur, bukan cat. Para pekerja kembali mewarnai rumah presiden tersebut untuk menangkal kerusakan karena cuaca agar warna tembok bangunan untuk Presiden AS ini selalu terlihat fresh.
Dindingnya terbuat dari batuan pasir dan pewarna dari kapur tersebut digunakan untuk menjaga agar tembok tidak membeku selama musim dingin.
Meskipun nama resminya adalah Rumah Presiden, namun bangunan tersebut lebih terkenal dengan julukan Gedung Putih.
Pada awal tahun 1812, Abijah Bigelow seorang perwakilan kongres dari AS menggunakan istilah tersebut dalam sebuah surat. Pada tahun 1818, gedung putih mulai di cat dengan warna putih dengan bahan dasar dari timah.
Julukan white house atau gedung putih resmi digunakan dalam pemerintahan Theodore Roosevelt yang merupakan Presiden AS ke-26.
Gedung Putih adalah rumah kepresidenan Presiden Amerika Serikat. Gedung ini terletak di 1600 Pennsylvania Avenue di Washington, DC. Gedung ini merupakan tempat tinggal resmi presiden dan keluarganya selama masa jabatannya sebagai presiden. Gedung Putih  telah berdiri selama lebih dari 200 tahun. Terletak di 1600 Pennsylvania Avenue di Washington, DC , ibu kota Amerika Serikat. Sejarah gedung putih sangat panjang sejak berlangsungnya 200 tahun pemerintahan Amerika hingga jaman modern ini.
Pada berbagai waktu dalam sejarah, Gedung Putih telah dikenal sebagai “Istana Theodore Roosevelt secara resmi memberi nama Gedung Putih pada saat ini di 1901.Sejarah
Sejarah Gedung Putih dimulai ketika Presiden George Washington menandatangani UU Kongres pada Desember 1790 yang menyatakan bahwa pemerintah pusat akan berada di wilayah distrik “luasnya tidak melebihi sepuluh mil persegi … di sungai Potomac.” Presiden Washington, bersama dengan perencana kota Pierre L’Enfant, memilih situs untuk tempat tinggal baru, yang sekarang beralamat di 1600 Pennsylvania Avenue. Sebagai persiapan untuk  memulai sebuah  pusat pemerintahan yang baru, sebuah kompetisi diadakan untuk  menemukan perancang dari “President’s House.” Ada Sembilan  proposal yang diajukan, dan arsitek kelahiran Irlandia James Hoban memenangkan  medali emas untuk desain praktis dan cantiknya.
Perancangan dan Pembangunan Gedung Putih dirancang oleh arsitek Amerika keturunan Irlandia, James Hoban, yang telah memenangkan kompetisi desain  arsitektur pada tahun 1792. desain Hoban adalah dikatakan telah sangat mirip  dengan rencana dari “James Gibbs Buku Arsitektur” (diterbitkan dalam  1.728).
Sejak lebih 200 tahun yang lalu, Gedung Putih  berdiri sebagai  simbol kepresidenan, simbol pemerintah Amerika Serikat dan simbol bagi rakyat  Amerika. Peletakan batu pertama pembangunan gedung ini dilakukan oleh presiden  pertama Amerika, George Washington, pada bulan Oktober 1792. Tetapi justru  George Washington sendiri tidak pernah menempati gedung ini.
Baru pada  tahun 1800, presiden kedua, John Adams menempati gedung baru ini untuk yang  pertama kali. Gedung baru ini selanjutnya menjadi tempat kediaman resmi presiden Amerika, dan sejak itu pula setiap Presiden Amerika melakukan perubahan dan penambahan atas Gedung Putih sesuai dengan selera, kebutuhan dan tuntutan perkembangan bangsa Amerika.
Gedung Putih yang bertingkat tiga ini  ternyata mempunyai sejarah yang unik. Berhasil dibangun kembali pada tahun 1817  setelah dibakar bangsa Inggris tahun 1814. Kebakaran terjadi lagi di Sayap Barat  tahun 1929 setelah sebelumnya dilakukan pelebaran Ruang Santap Malam dan  penambahan ruangan untuk staff kepresidenan. Setiap presiden bebas mengekspresikan sentuhan pribadinya dalam mendekorasi ruangan-ruangan Gedung Putih, dan juga dalam cara mereka menerima kehadiran masyarakatnya yang ingin sowan ke Gedung Putih. Konstruksi dimulai ketika landasan batu pertama diletakkan  pada bulan Oktober 1792.
Meskipun Presiden Washington  menangani pembangunan gedung itu, ia tidak pernah tinggal di dalamnya.  Hampir tahun 1800 ketika pembangunan Gedung Putih itu hampir selesai, dan yang  mendiaminya pertama kali adalah Presiden John Adams dan istrinya, Abigail. Sejak  saat itu, setiap Presiden telah membuat perubahan sendiri di gedung itu dan  menambahi ruangan. Sejak saat itu dan seterusnya,  Gedung Putih adalah rumah pribadi Presiden. Itu juga  merupakan satu-satunya kediaman pribadi seorang kepala negara yang terbuka untuk  umum, dan free alias gratis.
Gedung Putih memiliki sejarah yang unik dan  menarik. Gedung ini selamat dari kebakaran  yang dilakukan oleh Inggris pada tahun 1814 (selama perang tahun 1812) dan
kebakaran lain di Sayap Barat tahun 1929, ketika Presiden saat itu adalah Herbert Hoover. Saat  dipimpin oleh Harry S. Truman, interior rumah, dengan pengecualian di lantai  tiga, benar-benar diubah dan direnovasi sedangkan Trumans tinggal di Blair  House, tepat di seberang Pennsylvania Avenue. Namun,  dinding batu eksterior diletakkan pertama saat Gedung Putih dibangun 2 abad  lalu.
Presiden dapat mengekspresikan gaya khas mereka dalam cara mereka menghias beberapa bagian rumah dan dalam cara  mereka menerima tamu selama mereka tinggal. Thomas Jefferson mengadakan pelantikan pertama kali  pada tahun 1805. Banyak tamu yang menghadiri pengambilan sumpah dalam upacara di Gedung  Capitol AS lalu mengikuti dia pulang, di mana ia menyambut mereka di Blue  Room. Presiden Jefferson juga membuka gedung untuk wisata umum, dan telah rutin  dibuka, kecuali selama masa perang, Selain itu, ia juga  menyambut pengunjung untuk resepsi tahunan Tahun Baru dan Hari Empat  Juli.
Thomas Jefferson (presiden ketiga) mengadakan open  house pertama kali tahun 1805. Setiap warga yang hadir dapat dengan bebas  memasuki tempat kediamannya hingga ke Ruang Biru (Blue Room), dan sejak saat itu  Gedung Putih terbuka untuk dikunjungi masyarakat umum. Hingga pada setiap acara  resepsi tahunan Tahun Baru dan Ulang Tahun Kemerdekaan 4 Juli, gedung ini sangat  ramai dipadati pengunjung. Andrew Jackson (presiden ke-7) pernah kabur demi  alasan keamanan akibat membludaknya pengunjung acara inagurasi di Gedung  Putih.
Saat inagurasi Abraham Lincoln (presiden ke-16), Gedung Putih  semakin tidak mampu menampung pengunjung. Baru sejak open house yang digelar  Bill Clinton (presiden ke-42) pada 21 Januari 1993, tradisi inagurasi Gedung  Putih diubah. Hanya dua ribu warga yang diterima di Ruang Resepsi melalui sebuah  undian.
Extra pavillions dan serambi bertiang hias,  seperti struktur geladak dengan kolom yang mendukung atap ditambahkan ke Gedung  Putih kemudian, mereka dirancang oleh arsitek Benjamin Latrobe (perancang Amerika Serikat Capitol).
Gedung Putih pada awalnya dibangun  1792-1800, itu dibangun oleh dibayar dan buruh budak, termasuk tukang batu  dibawa dari Skotlandia. Itu dibakar oleh tentara Inggris selama Perang tahun  1812, tetapi telah dibangun 1815-1817.
Presiden Amerika Serikat pertama tinggal di White House John Adams (Presiden  kedua dari AS). Adams dan keluarganya pindah ke Gedung Putih pada tahun 1800.  Mereka sebelumnya tinggal di Philadelphia, Pennsylvania (yang telah menjadi  ibukota sementara Amerika Serikat saat Washington, DC, sedang dibangun). Ketika  keluarga Adams pindah ke Gedung Putih, interior gedung ini belum selesai. Konstruksi selesai pada Thomas Jefferson ‘ panjang (1801-1809).
Pada 1850 itu, kompor telah ditambahkan ke Gedung Putih, sebelumnya, makanan  yang sudah dimasak di perapian. Telepon pertama itu ditransfer ke Gedung Putih  selama jangka waktu Rutherford B. Hayes (1877-1881). Listrik telah ditambahkan  ke Gedung Putih pada pemerintahan Benjamin Harrison (1889-1893).
The West Wing lantai satu kantor dibangun selama jangka waktu Theodore “Teddy” Roosevelt, pada tahun 1901-1902 (mereka ditambahkan karena keluarga besar telah  mengambil alih kantor lantai dua untuk ruang keluarga, ruang kantor jadi lebih  bersifat sementara yang dibutuhkan) .
Presiden William Howard Taft  remodeled kantor Presiden pada tahun 1909, berubah menjadi sebuah ruang  berbentuk oval, menciptakan Oval Office di tengah West Wing.
Antara 1948  dan 1952, pada masa pemerintahan Harry Truman, Gedung Putih benar-benar  dimodifikasi setelah itu ditemukan secara struktural tidak sehat. Steel framing telah ditambahkan untuk memperkuat dinding, tetapi kamar asli  direkonstruksi.
Perbaikan Gedung Putih: Pada 1850 itu, kompor telah ditambahkan ke Gedung Putih, sebelumnya, makanan yang sudah dimasak di perapian. Telepon pertama itu ditransfer ke Gedung Putih selama jangka waktu Rutherford B. Hayes (1877-1881). Listrik telah ditambahkan ke Gedung Putih pada pemerintahan Benjamin Harrison (1889-1893).
The West Wing lantai satu kantor dibangun selama jangka waktu Theodore “Teddy” Roosevelt, pada tahun 1901-1902 (mereka ditambahkan karena keluarga besar telah mengambil alih kantor lantai dua untuk ruang keluarga, ruang kantor jadi lebih bersifat sementara yang dibutuhkan) .
Presiden William Howard Taft remodeled kantor Presiden pada tahun 1909, berubah menjadi sebuah ruang berbentuk oval, menciptakan Oval Office di tengah West Wing. Antara 1948 dan 1952, pada masa pemerintahan Harry Truman, Gedung Putih benar-benar dimodifikasi setelah itu ditemukan secara struktural tidak sehat. Steel framing telah ditambahkan untuk memperkuat dinding, tetapi kamar asli direkonstruksi.

B.     HUBUNGAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DENGAN INDONESIA
Dalam hubungan internasional, Indonesia mengadakan hubungan dengan hampir semua negara di dunia dan dengan berbagai lembaga internasional yang penting, salah satunya adalah Amerika Serikat. Hal itu tidak lepas dari kenyataan bahwa AS adalah negara dengan kekuasaan besar dan bahkan menjadi satu-satunya adikuasa
Hubungan Indonesia – AS cukup kompleks. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor, baik yang bersumber dari hakikat dan sifat Indonesia sebagai Negara-bangsa maupun sifat dan perkembangan AS sebagai Negara-bangsa.
Ketika belum merdeka bangsa Indonesia pada umumnya mempunyai pandangan amat positif terhadap Amerika. Itu disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena AS dianggap bukan negara penjajah seperti Belanda yang menjajah Indonesia. AS juga dinilai positif karena orang Indonesia mendengar atau membaca betapa di AS banyak peluang untuk maju bagi semua orang. Banyak yang mengetahui cerita tentang orang-orang Eropa yang meninggalkan tanah asalnya untuk membuat kehidupan yang lebih baik di Amerika. Juga kenyataan bahwa AS adalah negara yang kuat dan kaya turut membangun citra positif dalam pikiran orang Indonesia terhadap Amerika.
Namun dalam masa pendudukan tentara Jepang atas Indonesia dalam Perang Dunia 2 Bung Karno sering berpidato yang kurang positif terhadap AS. Hal itu antara lain keluar dalam seruan yang cukup sering diucapkannya, yaitu Amerika Kita Seterika, Inggris Kita Linggis!. Akan tetapi seruan demikian lebih banyak karena usaha Bung Karno untuk mengamankan bangsa Indonesia dari tindakan dan perlakuan Jepang yang kejam. Itu sebabnya Indonesia setuju ketika pimpinan Komisi Tiga Negara yang bertugas menengahi konflik Indonesia-Belanda dipegang oleh AS, dengan Australia dan Belgia sebagai anggota Komisi lainnya. Namun pandangan positif bangsa Indonesia terhadap Amerika tidak sepenuhnya terbalas oleh sikap serta penilaian serupa dari Amerika terhadap Indonesia.
Dalam masa perang dingin Indonesia telah menentukan untuk menganut politik luar negeri yang bebas-aktif. Itu berarti bahwa Indonesia tidak berpihak kepada blok Barat maupun blok Komunis, tetapi mengambil sikap sama jauh dengan landasan kepentingan nasional. Sudah tentu sikap Indonesia itu tidak disenangi AS maupun Uni Soviet, terutama karena posisi geopolitik dan geostrategi negara Indonesia Itu merupakan alasan kuat bagi AS untuk lebih memihak Belanda sebagai anggota blok Barat dari pada mendukung Indonesia yang bersifat netral.
Dalam perkembangan selanjutnya hubungan Indonesia-AS tidak menjadi lebih mudah. Perang Dingin makin menguat sedangkan Indonesia telah menetapkan diri sebagai negara non-blok yang menganut politik luar negeri bebas-aktif. Bagi AS sikap non-blok (non-alignment) dinilai amoral, sebagaimana dinyatakan John Foster Dulles, menteri luar negeri AS pada tahun 1950-an. Mengingat pentingnya Indonesia dalam konstelasi internasional, baik karena jumlah penduduknya yang besar (pada tahun 1950-an sudah sekitar 150 juta orang), banyaknya sumberdaya alam yang dikandung buminya maupun karena berada di posisi silang yang amat strategis antara dua samudera dan dua benua, maka blok Barat dan khususnya AS berkepentingan Indonesia berada di pihaknya menghadapi blok Komunis.
Hubungan Indonesia dengan AS mengalami perubahan positif ketika pada tahun 1965 Indonesia dapat mengalahkan pemberontakan komunis kedua dan mengakhiri riwayat Partai Komunis Indonesia (PKI) yang telah menjadi partai komunis terbesar di dunia di luar negara komunis. Meskipun selalu ada insinuasi, baik dari pihak pendukung PKI maupun dari AS sendiri, bahwa tindakan Indonesia itu merupakan hasil dari pengaruh AS, namun dalam kenyataan Indonesia telah bertindak sepenuhnya karena kehendak sendiri untuk menyelamatkan kepentingan nasionalnya. Namun demikian, Indonesia tetap negara non-blok dengan politik luar negeri bebas aktif.
Kemenangan AS dalam perang dingin dan runtuhnya Uni Soviet membawa AS pada ambisi untuk memimpin Dunia atau malahan menjadi satu Empire yang menguasai dunia. Sikapnya terhadap dunia makin keras untuk mengikuti kehendaknya. Kalau sebelumnya AS berhati-hati sikapnya terhadap negara lain, khususnya non-blok, karena khawatir negara itu berpihak kepada blok Komunis, setelah kemenangannya AS tidak perlu lagi khawatir dan dapat mengambil sikap keras sesuai kepentingannya. Perubahan sikap AS itu mau tidak mau juga berpengaruh terhadap hubungannya dengan Indonesia. Tidak mungkin kepentingan AS yang cenderung kepada perwujudan hegemoni dunia, akan terus sama atau sejajar dengan Indonesia yang menganut politik bebas aktif. Sebab itu dalam periode tahun 1990-an makin nampak bahwa AS kurang menyukai perkembangan Indonesia dan berusaha mempengaruhi terjadinya perubahan sesuai dengan kepentingannya.
Itu terbukti ketika Indonesia mengalami Krisis Moneter pada tahun 1997. IMF yang boleh dikatakan dikendalikan pemerintah AS bukannya membantu Indonesia mengatasi masalahnya. Sebaliknya banyak keputusan IMF malahan makin mempersulit Indonesia, sebagaiman juga dikatakan oleh pengamat internasional. Malahan ada yang mengatakan bahwa mungkin saja krisis ekonomi di Asia Timur diciptakan AS demi kepentingannnya. Akibatnya terjadi kegagalan ekonomi kepemimpinan Soeharto pada tahun 1998. Maka Indonesia tidak hanya diliputi krisis ekonomi, tetapi juga krisis politik.
Maka terbuka peluang yang lebar bagi AS untuk mewujudkan kehendaknya, yaitu mempengaruhi perkembangan di Indonesia sesuai dengan kepentingannya. Sikap Amerika terhadap Indonesia makin tajam ketika negara itu mengalami serangan pada 11 September 2001 terhadap World Trade Center di New York dan Pentagon, sedangkan penyerangnya adalah teroris Islam yang bergabung dalam organisasi Al Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden. Meskipun Indonesia menyatakan dukungannya kepada AS yang kemudian melancarkan War on Terrorism, namun hubungan menjadi makin sulit. Hal itu terutama disebabkan karena Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia dan telah terjadi perkembangan yang kurang baik pada sementara warga Muslim Indonesia. Ternyata telah terbentuk organisasi Jemaah Islamiyah di Asia Tenggara yang melibatkan warga Msulim Indonesia, baik sebagai pimpinan maupun anggota. Dan nyata sekali bahwa ada hubungan dekat antara Jemaah Islamiyah dan Al Qaeda.
Dalam sistem presidensial, reshuffle kabinet atau perombakan adalah istilah informal untuk suatu peristiwa yang terjadi ketika kepala pemerintahan melakukan perubahan komposisi menteri di kabinet mereka. Pembentukan kabinet juga merupakan salah satu cara yang paling penting bagi seorang kepala pemerintah untuk merubah tatanan kabinetnya, Hal ini sering terjadi setelah pemilihan umum, bahkan jika pihak yang berkuasa dipertahankan.
Reshuffle kabinet mengandung beberapa arti yaitu :
1.      Pemerintah tampak menyadari dan sekaligus mengakui bahwa timnya sudah tidak bekerja sesuai dengan rencana. Harus ada tindakan, agar kendaraan yang ditumpangi rakyat tidak kejeblos ke jurang.
2.      Pemerintah peduli pada keresahan rakyat yang tidak sabar lagi menunggu adanya perubahan. Lalu mencoba memperbaiki penampilannya. Karena tidak cukup hanya membawa kendaraan ke tujuan, tetapi juga memelihara perasaan penumpangnya (rakyat) agar tetap nyaman.
3.      Pemerintah membuktikan memiliki cita-cita sama dengan rakyat. Mencapai keadaan yang lebih baik. Bukan hanya sekadar berkuasa.
Wajah baru, secara psikologis memang memberikan harapan. Tetapi bisa juga sebaliknya, menambah perasaan runyam. Dalam sepak bola, bila ketika pelatih memasukkan pemain cadangan, ia memakai perhitungan. Bukan hanya sekadar penyegaran komposisi, tetapi terapi terakhir yang memungkinkan timnya menang. Pilihan pelatih kadang kala bertentangan dengan harapan suporter. Tetapi pelatih tidak perlu mendengarkan suara suporter. Dia yang paling tahu bagaimana caranya untuk menang. Kinerja nalurinya jadi andalan.
Celakanya, di kepala rakyat, reshuffle berbunyi lain. Bukan hanya sekadar pergantian pemain, tapi perubahan hasil.
Di awal reshuffle rakyat bisa terhibur sementara, kalau komposisi kabinet sesuai dengan seleranya. Tapi pada akhirnya mereka akan tetap menuntut perubahan pencapaian. Bahkan yang awalnya mencak-mencak protes akan bersorak mendukung, kalau kinerja tim baru ternyata afdol.
Reshuffle sebenarnya adalah saat yang indah. Saat terjadi dialog yang intensif antara rakyat dan pemerintah. Dialog yang tidak lagi mempergunakan kata-kata, tetapi tindakan. Saat yang menunjukkan bahwa rakyat dan pemerintah masih terkait satu cita-cita, mengejar kepentingan bangsa dan negara.
Banyak sarat diperlukan agar sebuah dialog produktif. Pertama, mesti jujur. Kedua, berani jujur. Ketiga, tetap jujur. Bahwa ada kepentingan, tidak bisa dilenyapkan. Tetapi kejujujuran, akan mengawal tidak boleh ada kepentingan lain selain kepentingan rakyat dan negara di forum nasional.
Sebuah tim tidak mungkin bekerja maksimal tanpa mengibarkan satu bendera yang sama. Karenanya, memang kerja tim akan memerlukan beberapa pengorbanan. Tetapi pengorbanan yang sama sekali tidak ada artinya, kalau tujuan yang dikejar kelak bisa tercapai. Bahkan semua pengorbanan itu akan menjadi sebuah kebanggaan.
Baik rakyat yang penuh dengan harapan, maupun pemerintah yang bertugas untuk mewujudkan harapan itu, saling berpegangan tangan. Reshuffle bukan hanya pergantian atau pergeseran tetapi sekaligus perubahan pencapaian.
Kelak, reshuffle tidak lagi akan merupakan indikasi dari kerja kabinet yang buruk. Tapi kobaran semangat untuk mencapai yang terbaik. Negeri ini, tidak cukup hanya bebas dari utang, korupsi dan berbagai penyimpangan, tapi sepantasnya menjadi negeri yang “kerta raharja, gemah-ripah loh jinawi”.
Di suatu masa kelak, reshuffle bukan lagi saat pembersihan atau pembuangan bagi anggota kabinet yang rapornya merah. Saat itu hanya merupakan penukaran ujung panah pada setiap kementerian, untuk lebih mengoptimalkan lagi pencapaian yang sudah cukup optimal.
Seperti pelatih yang menarik pemain andalannya dari lapangan, agar bisa istirahat, sebab kemenangan sudah tidak akan berubah lagi. Atau seperti sepak bola ala Amerika yang tim bertahan dan tim menyerangnya berganti-ganti sesuai kebutuhan lapangan.


2.2  Kepentingan Amerika Terhadap Reshuffle Kabinet
Meski pendiri Wikileaks, Julian Assange, telah diburu dan ditahan oleh interpol, namun bocoran-bocoran berita Wikileaks tetap terus mengalir. Berita terakhir yang kita dengar, ada sekitar 1.860 dokumen kawat diplomatik yang bocor ke publik, diantaranya tentang sikap dan arah kebijakan para menteri di Kabinet Indonesia Bersatu.
Seperti biasanya bocoran dari Wikileaks itu sesuatu yang tidak mengenakan serta membuka aib orang. Bila bocoran sebelumnya, menyebut Ibu Negara Ani Yudhoyono turut menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri. Bahkan, Ibu Negara disebut broker dan melakukan bisnis dengan sejumlah pengusaha Indonesia. Bocoran yang muncul sekarang adalah banyaknya menteri yang pro terhadap kepentingan Amerika Serikat. Menteri-menteri yang pro Amerika Serikat itu seperti Hatta Rajasa, Endang Rahayu Sedyaningsih, Sri Mulyani, Mari Elka Pangestu, Marty Muliana Natalegawa, Djoko Suyanto, dan MS Hidayat.
Dengan bocoran tersebut maka membuka mata kita bahwa selama ini arah dan kebijakan pembangunan kita disetir oleh Amerika Serikat. Tentu hal ini merugikan kita karena kita tidak bebas menentukan arah pembangunan. Toh kalau pembangunan itu sukses, keuntungannya bukan untuk rakyat namun untuk Amerika Serikat dikutip dari wikileaks.
Mengapa menteri-menteri itu mau menjadi boneka Amerika Serikat? Ini disebabkan karena ketidakmandirian ekonomi Indonesia sehingga semuanya tergantung kepada Amerika Serikat atau negara asing lainnya. Dominasi Amerika Serikat selama beberapa dekade membuat banyak negara, termasuk Indonesia, secara tidak sadar terperangkap dan tersedot menjadi bagian dari kepentingan ekonomi Amerika Serikat dengan posisi sebagai pasar. Banyaknya bantuan Amerika Serikat kepada Indonesia, dari berbagai hal, membuat kita merasa tidak enak bila tidak menuruti kata-kata kepentingan Amerika Serikat.
Meski dikatakan dominasi Amerika Serikat akan berakhir dan kemungkinan Indonesia tidak tergantung lagi, itu suatu hal yang tidak tepat. Sebab posisi itu akan diganti oleh negara lain. Dan peluang itu ada pada China. Buktinya Indonesia tidak bisa berbuat banyak ketika dipaksa membeli pesawat MA-60 buatan Xi’an Aircraft Industry China. Lagi-lagi pembelian pesawat itu juga terkait dengan menteri yang mempunyai hubungan khusus dengan China. Disebut Indonesia membeli 15 pesawat dengan nilai USD161 juta. Pembelian ini hasil pinjaman dari Bank Of China. Pesawat berkapasitas 56 penumpang ini dihargai sekira USD11 juta per unit.
Untuk menghadapi agar pemerintahan kita tidak dikendalikan atau menjadi negara boneka dari Amerika Serikat dan negara asing lainnya, maka kiat yang ditempuh adalah menumbuhkan sikap berani mengatakan tidak bagi kepentingan asing yang tidak sesuai dengan arah pembangunan.
Salah satu bocoran dari Wikileaks itu adalah Amerika Serikat tidak suka dengan Menteri Pertanian dalam Kabinet Indonesia I, Anton Apriyantono. Anton Apriyantono tidak disukai oleh negeri Paman Sam itu karena berani berkata tidak terhadap kepentingan Amerika Serikat di Indonesia yang merugikan dunia pertanian. Sikap demikianlah yang seharusnya layak untuk dilakukan.
Selain berani bersikap tegas perlunya membangun kemandirian bangsa dari segala hal. Potensi itu ada, namun karena sudah masuk perangkap negara lain, mau enaknya saja, dan ketergantungan kepada negara lain memberikan keuntungan bagi oknum-oknum tertentu, maka potensi itu menjadi hilang.
Sebagai negara yang besar dan kaya dengan berbagai sumber alam sebenarnya Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, namun karena faktor seperti diungkapkan di atas, yakni sudah masuk perangkap negara lain, mau enaknya saja, dan ketergantungan kepada negara lain memberikan keuntungan bagi oknum-oknum tertentu, maka semua yang ada menjadi percuma.
Sangat naif kalau dikatakan Indonesia tidak bisa berdiri di kaki sendiri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kita lihat Cuba dan Korea Utara saja, meski dengan keterbatasannya mereka mampu menjadi negara yang mandiri dan lepas dari oknum-oknum asing di negaranya. Cuba yang sejak tahun 1960-an diembargo Amerika Serikat namun Presiden Cuba Fidel Castro tetap mampu membangun negaranya. Di tengah embargo itu, Cuba mampu membuat rakyatnya sehat. Buktinya dari data Unicef tahun 2008, Cuba berhasil menurunkan angka kematian bayi (setiap 1000 kelahiran) dari 37 pada tahun 1960 menjadi 4,7 pada tahun 2008. Bandingkan angka ini dengan Kanada (5), AS (6), México (29), Argentina (14), Haiti (60), Brasil (19), Colombia (17). Demikian pula Korea Utara, dengan ideologi juche atau berdiri di kaki sendiri mampu menjadi sebuah negara yang mempunyai kekuatan militer yang tangguh.
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan jumlah kekayaan alam yang melimpah sebenarnya faktor itu bisa digunakan untuk bargaining dengan pihak-pihak asing. Iran misalnya, dengan minyak yang dimilikinya bisa mendikte negara-negara lain. Melimpahnya para tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia, dan negara-negara Arab, faktor ini bisa digunakan untuk tawar menawar. Buktinya Malaysia dan negara-negara Arab sempat kelimpungan ketika pengiriman jasa tenaga kerja hendak dihentikan. Hal-hal demikianlah yang seharusnya dikedepankan oleh Indonesia daripada sekadar menuruti apa maunya kepentingan asing yang tidak memberi banyak manfaat bagi rakyat Indonesia.

A.    PELLOBY UNTUK GEDUNG PUTIH
Menggunakan jasa pelobi profesional merupakan suatu hal yang sudah umum terjadi saat ini menurut anggota DPD RI, Nono Sampono. Jasa tersebut sudah umum dimanfaatkan di Amerika Serikat (AS) untuk merayu para pembuat kebijakan. Oleh karena itu menurut tidak heran bila jasa tersebut juga dimanfaatkan untuk merayu orang nomor satu di negri Paman Sam itu, yakni Presiden AS, Barrack Obama.
Mantan Komandan Paspampres ini mencontohkan, di Indonesia mungkin akan sangat sulit untuk mengupayakan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo melalui jalur protokoler resmi. Kata dia, bisa jadi untuk bertemu Presiden akan lebih mudah, bila melalui jalur relawan.
Selain melalui jasa pelobi profesional, untuk bertemu seorang presiden menurutnya bisa melalui jalur pengusaha. Pengusaha tentunya memiliki hubungan yang erat dengan Presiden AS, sama eratnya seperti kepala negara sahabat.
"Tapi soal isu (pemerintah) Indonesia menyewa jasa pelobi. Saya belum tahu," terangnya.
Presiden Joko Widodo, dituduh telah menyewa jasa pelobi profesional, saat menemui Presiden Barrack Obama di gedung putih pada Oktober lalu. Tudingan tersebut dilontarkan oleh dosen Ilmu Politik Asia Tenggara di School of Oriental and African Studie, Michael Buehler.
Dalam artikelnya yang dipublikasikan melalui situs asiapacific.anu.edu.au. Michael Beuhler menuding Indonesia telah menyewa jasa pelobi profesional yang berbasis di Singapura, Pereira International PTE LTD. Perusahaan tersebut kemudian memanfaatkan jasa perusahaan serupa yang berbasis di Laa Vegas AS, R&R Partners, Inc.
Tak tanggung tanggung, Michael Beuhler menuding untuk membayar jasa para pelobi profesional itu, pemerintah Indonesia merogoh kocek hingga 80 ribu dollar AS. Sementara itu, Kementerian Luar Negri (Kemenlu) melalui siaran persnya yang diterima.
R&R Partners menjual jasa lobi dengan nilai 80 ribu dolar AS, yang harus dibayar dalam empat angsuran antara 15 Juni hingga 1 September. Konkretnya, R&R Partners setuju untuk "dipertahankan sebagai konsultan cabang eksekutif oleh pemerintah Indonesia."
Terungkap pula tugas yang harus dikerjakan perusahaan asal Las Vegas R&R Partner's. Selain memberikan akses ke Gedung Putih, perusahaan PR tersebut juga ikut mendukung menyampaikan informasi tentang pentingnya kerja sama antara Indonesia dengan AS.
Dalam dokumen yang dibuka ke publik, kontrak layanan yang diberikan R&R Partners adalah, "Mengatur dan menghadiri pertemuan dengan pembuat kebijakan kunci dan anggota Kongres dan cabang eksekutif termasuk Departemen Luar Negeri."
Kemudian, "Mencoba untuk mengamankan kesempatan mengatasi sesi gabungan Kongres Selama kunjungan Presiden Widodo Indonesia ke AS," dan "Mengidentifikasi dan bekerja dengan individu yang berpengaruh, media, Organisasi publik dan swasta dan afiliasinya di AS untuk mendukung upaya Presiden Widodo.

BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan Indonesia dan Amerika sudah lama terjalin, dan campur tangan Amerika dalam berbagai hal sudah merugikan negara kita. Seperti hal nya dalam campur tangan amerika terhadap reshuffle Kabinet. Dominasi Amerika Serikat selama beberapa dekade membuat banyak negara, termasuk Indonesia, secara tidak sadar terperangkap dan tersedot menjadi bagian dari kepentingan ekonomi Amerika Serikat dengan posisi sebagai pasar.
Ketika tidak ada keseimbangan kekuatan dunia, maka hegemoni kepentingan Amerika Serikat menjadi-jadi sehingga tidak hanya menteri saja yang bisa disetir namun presidennya pun bisa diatur dan disetir. Banyak negara-negara di dunia, khususnya di Timur Tengah,  Amerika Serikat dengan kesewenang-wenangnya mengatur negara lain.
B.     Saran
Seharusnya Indonesia berani bersikap tegas untuk perlunya membangun kemandirian bangsa dari segala hal. Potensi itu ada, namun karena sudah masuk perangkap negara lain, mau enaknya saja, dan ketergantungan kepada negara lain memberikan keuntungan bagi oknum-oknum tertentu, maka potensi itu menjadi hilang.
Dengan melimpahnya para tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia, dan negara-negara Arab, faktor ini bisa digunakan untuk tawar menawar. Buktinya Malaysia dan negara-negara Arab sempat kelimpungan ketika pengiriman jasa tenaga kerja hendak dihentikan. Hal-hal demikianlah yang seharusnya dikedepankan oleh Indonesia daripada sekadar menuruti apa maunya kepentingan asing yang tidak memberi banyak manfaat bagi rakyat Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA

http://aceh.tribunnews.com/2017/12/19/asal-muasal-sebutan-gedung-putih-untuk-rumah-presiden-as-begini-sejarahnya




    http://www.tribunnews.com/nasional/2015/11/08/nono-sampono-menyewa-jasa-pelobi-profesional-merupakan-hal-biasa

    Komentar