Sebenarnya ini aku udah tulis beberapa tahun yang lalu dan udah aku post di blog aku yang sebelumnya. Tapi demi menunjukkan kebanggaan atas karya sendiri, ga papa dong ya di post lagi di blog ku yang ini. Hehehe :D Selamat membaca ya, semoga kita dapat pelajaran berharga di balik cerita ini :)
Hadiah Ultah Istimewa |
Aku benci sekali melihat semua perubahan ini. Bagaimana tidak? Kakakku
yang setiap hari bersamaku kini telah berubah semenjak dia menikah dengan
perempuan yang aku nilai sih agak sedikit norak dengan rok panjang sampai mata
kaki dan jilbab yang menutup sampai pinggang itu.
Gayanya sok alim banget. Semenjak dia menikah dengan kakakku, aku jadi
merasa kesepian dan kurang dapat perhatian dari kakakku. Malahan ibuku juga
ikut-ikutan belain dia. Bikin aku tambah sebel aja. Tapi aku gak mau terlalu
pengen ngebahas dia. Nggak penting banget.
Ini soal aku yang super sibuk. Apalagi dengan jadwal kuliah dan
organisasi yang aku ikuti sekarang membuat kesibukanku bertambah-tambah. Setiap
senin sampai kamis aku harus pulang jam 8.00 malam. Selesai ngampus sih jam
setengah 8 malam. Yang buat lama bukan karena jarak rumahku yang jauh tapi itu
karena aku yang pulang dengan jalan kaki. Kalau naik motor gak bakalan lama
tapi kata ibu aku harus berhemat, makanya aku jalan kaki.
Suatu hari aku berinisiatif supaya tidak pulang jalan kaki lagi. Aku
lihat ibuku tengah menghitung-hitung uang hasil berjualan di toko. (Waaah
ini benar-benar keseempatan emas. Aku harus membujuk ibu supaya memberikan ku
uang tambahan,, hehhehe) ujarku dalam hati.
“Bu, minta uang,” pintaku pada ibu.
“Buat apa? Kamu kan sudah dikasih ayahmu untuk jatah jajan mingguan.”
Ujar ibuku.
“Yah Ibu, aku capek harus jalan kaki pulang dari kampus. Lagian itu ibu
ada uang untung jualan hari ini kan? Aku juga suka was-was bu, di gang rumah
kita suka ada gerombolan lelaki yang nongkrong, mereka suka godain aku. Ibu tau
sendiri anak ibu ini kan cantik, masa ibu nggak kasihan” alasku panjang lebar.
Setelah aku beralasan dengan panjang lebar sampai mulutku berbuih,
jawaban ibuku akhirnya….
“Okeh, kalau begitu….nih,” ibuku menyodorkan uangnya padaku.
“Dek, biar kakak Mira aja yang
jemput kamu malam ini,” Kata kak Mira yang tiba-tiba muncul di saat aku hampir
nerima uang ibu.
“Nah, ide yang bagus itu, Mir. Tolong ibu ya, kamu emang mantu ibu yang
paling baik.” Jawab ibuku.
“Apaan sih kak, kayak gak seneng banget kalau aku di kasih uang tambahan”
jawabku.
“kalau gak senang dan gak iklas gitu, mending gak usah pura-pura baik
deh, sok-sok mau jemput segala” tambahku.
Tuh. Gimana aku nggak kesel coba. Kak Mira itu sok baik banget. Saking
baiknya dia pinter banget cari muka di depan ibuku. Ibuku mau-mau aja lagi.
Emang sih, kak Mira itu dosen di kampusku. Tapi aku suka malu kalau pulang
bareng sama dia, karena gayanya yang norak abis.
Akhirnya aku langsung pergi ke kampus dengan menggerutu. Aku marah banget
sama kak Mira. Mentang-mentang dia istrinya kak Ilham, dan mantu kesayangan
ibu, jadi selalu sok-sokan mau dekatin aku. Sorry lah yau.
Setibanya di kelas. Santi temanku yang melihat kedatanganku dengan muka
masam itu pun langsung bertanya,
“Eh Dinda, kenapa kamu kok kayaknya lagi bete banget?” Tanya Santi teman
ku.
“Iya nih, aku lagi bete banget, marah banget malah!” jawabku.
“Pasti gara-gara kakak ipar kamu itu kan? Udahlah, kamu tuh belum
terbiasa aja sama dia, kalau udah akrab pasti kamu gak bakal bete-bete lagi
deh” nasihatnya.
“Nih, kamu lagi yang ikut-ikutan nyeramahin aku” jawabku dengan kesal.
“Nih anak, dikasih tau malah dia yang nyolot. Tuh ada kakak ipar kamu mau
masuk kelas” ujar Santi balik.
“Selamat sore,” sapa kak Mira. Dia itu Kakak iparku, sekaligus dosenku.
Selama dua jaman aku menahan marah ketika harus bertatap muka dengan nya.
Membuat beteku malah menjadi-jadi. Rasanya ada asap yang ingin keluar dari
telinga dan hidungku.
Setelah tiga mata kuliah berakhir. Akupun bergegas pulang tanpa menunggu
kak Mira lagi. Mana dia tuh suka lama. Alasan absen dulu lah, solat dulu lah. Jadi
aku tinggal aja.
Seperti biasa aku pulang sendirian malam-malam. Melewati jalan yang sama.
Gang yang sama. Karena jalan ke rumahku itu cuma ada satu, jadi nggak ada cara
dan jalan lain deh.
Tapi aku semakin risih aja ketika seorang dari gerombolan cowok-cowok
aneh yang nongkrong di gang depan rumah itu mulai menggodaku.
“Baru pulang ya neng,” Tanya nya.
“Daripada pulang sendirian mending abang temenin.” Tambah yang lainnya
Merekapun mulai menghampiriku. Terdengar langkah kaki, sepertinya posisi
mereka tengah berada di belakangku.
Aku yang berjalan dengan kecepatan sedang itupun mulai menambah kecepatan
jadi cepat banget. Malahan pengen lari tapi gimana ya, kakiku kaya ada yang
nahan.
Tiba-tiba aku mendengar lagi suara aneh. Seperti orang yang jatuh.
(gedebuk, buuk, buuk, plak).
Setelah itu suara mereka jadi hilang. Hening, tak terdengar lagi. Aku
penasaran, lantas aku menoleh saja ke belakang.
Terlihat gerombolan cowok-cowok aneh itupun terkapar tak berdaya. Apakah
mereka pingsan atau mati? Entahlah, aku tak mau peduli. Namun, yang benar-benar
membuat aku tercengang adalah ada sosok kak Mira yang juga berada tepat di belakangku.
Ternyata orang yang menghajar mereka adalah Kak Mira. Dia seperti atlet
professional. Jurus silat yang dia miliki mampu mengalahkan gerombolan cowok-cowok
aneh itu. Kak Mira, Kulihat wajahnya tersenyum padaku.
Aku yang masih sangat tercengang itupun diam seribu bahasa. Tak
bergeming. Mulutku yang menganga rasanya enggan tertutup lagi melihat apa yang
terjadi. Ini mimpi atau nyata?
“Dek, Kamu nggak apa-apa kan?” Tanya Kak Mira menghampiriku sambil memegang
kedua pundakku.
“Oh, ia kak, aaaa … aaaku nggak apa-apa, kakak gimana?” Tanya ku balik
dengan gugup.
“Kakak, nggak apa-apa dek, kakak juga udah ngelapor polisi tentang
kejadian ini. Mulai sekarang, kamu nggak usah khawatir lagi ya,” jawabnya
dengan senyuman.
Kami pun kembali ke rumah bersama-sama. Jalan kaki. Tapi aku masih saja
shock karena kejadian yang barusan saja aku alami. Pada saat berjalan kakakku
teringat sesuatu.
“Oh, ia kakak lupa. Ini ultah kamu yang ke 20 ya. Selamat ya dek. Nih
kado buat kamu, tapi, ntar aja buka nya kalo udah di kamar” ucap kak Mira.
“ma makasih kak” jawabku.
Aku sebenarnya juga udah lupa kalo hari ini ultahku yang ke 20. Dan yang
buat aku salut adalah kakak iparku, yang sejak kedatangan pertamanya di dalam
hidupku tidak pernah kusambut dengan baik malah yang pertama memberiku ucapan selamat
ultah. Malah di kasih kado lagi.
Sesampainya di rumah.
“Assalamualaikum” kata kak Mira.
“Wa’alaikumsalam” Jawab ibu dan kak Ilham.
“Tadi marah-marah, eh nggak taunya malah mau pulang bareng” ledek ibu
padaku.
Aku yang masih saja shock langsung masuk saja ke kamar. sesampainya di
kamar, aku langsung saja berbaring di kasur. Aku mencoba menenangkan hati dan
pikiranku dengan menghela nafas sepanjang mungkin.
Tapi aku penasaran apa isi kado dari kak Mira. Aku buka saja kadonya. Tapi
sebelum kadonya terbuka, aku temukan secarik surat dari kak Mira. Aku baca dulu
deh:
“Dear Adinda, Adikku,
Selamat ultah ya dek, Kado ini kakak sengaja beli dari hasil kerja kak
mira sebulan ini. Sengaja kak Mira pilihkan yang paling mahal dan yang paling indah
di toko itu cuma buat kamu. Kakak dengar pembicaraan kamu dan ibu tadi siang
kalau kamu suka di ganggu cowok yang suka nongkrong di gang depan rumah.
kakak sangat khawatir, makanya kakak belikan ini untuk melindungi
kamu. Melindungi harga dirimu, harkat, dan martabatmu sebagai wanita. Bukan
Cuma saat ini, tapi selama kamu memakainya. Semoga kamu bersedia menerimanya
dan memakainya.
Maaf telah membuatmu kesal dan marah selama ini. Besok kak Mira dan
Kak Ilham akan ke Kalimantan karena kak Ilham sudah ada panggilan kerja di
sana. Jangan lupakan ini ya dek. Kakak sayang kamu.
From: Kak Mira”
Setelah membaca surat itu aku melihat sehelai jilbab yang sangat cantik berwarna
biru, warna yang sangat aku senangi. Sambil ku pegang air mataku berlinang tak
tertahankan. Aku menangis dan langsung berlari memeluk Kak Mira.
“Aku minta maaf kak, aku janji akan terus memakai jilbab” ujarku.
“nah, Gitu baru cantik,” ledek kakak ku.
Kami pun tersenyum bahagia. Besoknya kak Mira dan Kak Ilham berangkat ke
Kalimantan. Kak Ilham di pindah tugaskan di sana. Aku yang mulai saat itu
memakai jilbab pun merasa sangat nyaman dan tak ingin lepas dari jilbab itu.
Dia yang akan melindungiku kemanapun aku pergi. Aku akan menjaganya
sampai aku mati. Kado ultah ini benar-benar istimewa. Semua berkat kak Mira.
Terima kasih kak Mira.
********
Apalagi sebagai wanita muslim (muslimah). Salah satu cara menghargai diri kita ya memakai hijab. Namun di sisi lain kita juga harus membuat orang lain menghargai kita guys. Salah satunya adalah menghijab hati kita juga. Hati yang baik akan mendapat kebaikan juga nantinya.
eaaaa !!! jadi ceramah. Yups itu aja buat kali ini. Semoga bermanfaat yaaa :D